Bittime - Terdapat beberapa cara bagi perusahaan untuk mengumpulkan dana dari publik atau investor. Tiga metode yang sering dibicarakan adalah ICO, STO, dan IPO.
Ketiganya memiliki tujuan yang sama dalam mengumpulkan modal, ada perbedaan mendasar antara ketiganya. Apa sebenarnya ketiganya itu? Mari bahas di artikel ini secara lebih detail.
Cek Market Crypto Hari Ini:
Apa Itu Initial Coin Offerings (ICOs)?
Initial Coin Offering (ICO) adalah cara untuk mengumpulkan dana dalam bentuk cryptocurrency untuk proyek blockchain baru.
Dalam ICO, perusahaan atau proyek yang ingin mengumpulkan dana akan membuat token kripto mereka sendiri dan menjualnya kepada investor dalam pertukaran untuk cryptocurrency yang sudah ada seperti Bitcoin atau Ethereum.
ICOs telah menjadi cara populer bagi proyek blockchain untuk mengumpulkan dana tanpa perlu melalui jalur pendanaan tradisional seperti modal ventura atau penawaran umum saham (IPO).
Namun, mereka juga memiliki risiko tertentu, termasuk ketidakpastian hukum dan potensi penipuan. Oleh karena itu, penting bagi investor untuk melakukan riset yang cermat sebelum berpartisipasi dalam ICO.
Proses ICO biasanya melibatkan langkah-langkah berikut ini.
1. Pendanaan
Perusahaan atau tim proyek menentukan berapa banyak dana yang mereka butuhkan untuk proyek mereka dan menetapkan target pendanaan.
2. Penerbitan Token
Mereka menciptakan token kripto yang akan dijual selama ICO. Token ini bisa memiliki fungsi berbeda-beda tergantung pada proyeknya, misalnya sebagai hak kepemilikan, akses ke layanan, atau hak suara dalam keputusan proyek.
3. Pemasaran dan Promosi
Mereka mempromosikan ICO mereka kepada komunitas kripto dan investor potensial melalui berbagai saluran pemasaran, termasuk media sosial, forum kripto, dan situs web khusus ICO.
4. Penjualan Token
Selama ICO, investor dapat membeli token dengan cryptocurrency seperti Bitcoin atau Ethereum. Harga token biasanya ditentukan oleh tim proyek berdasarkan penilaian mereka terhadap nilai proyek.
5. Penggunaan Dana
Dana yang terkumpul dari penjualan token digunakan untuk membiayai pengembangan proyek, termasuk pengembangan produk, pemasaran, dan pengoperasian.
6. Distribusi Token
Setelah ICO selesai, token dibagikan kepada investor sesuai dengan jumlah yang mereka beli. Token tersebut biasanya dapat diperdagangkan di bursa kripto setelah ICO selesai.
Baca Juga: Memahami Kehadiran Initial Dex Offering (IDO) sebagai Alternatif ICO
Apa Itu Security Token Offerings (STOs)?
Security Token Offerings (STOs) atau Penawaran Token Keamanan adalah cara untuk mengumpulkan dana dalam bentuk token kripto yang diatur sebagai sekuritas atau surat berharga.
Berbeda dengan Initial Coin Offerings (ICOs) yang cenderung memiliki struktur yang lebih longgar dan kurang diatur, STOs tunduk pada peraturan dan undang-undang yang sama seperti penawaran saham tradisional.
STOs menawarkan alternatif yang lebih teratur dan diatur untuk penggalangan dana dalam ekosistem kripto.
Mereka menggabungkan inovasi teknologi blockchain dengan kepatuhan regulasi, membuka pintu bagi investor institusi dan individu untuk berpartisipasi dalam pasar baru yang berkembang ini.
Meskipun STOs memberikan tingkat keamanan yang lebih tinggi bagi investor, penting untuk melakukan riset yang cermat sebelum berinvestasi, seperti yang dilakukan dalam jenis investasi sekuritas lainnya.
Berikut adalah beberapa karakteristik utama STOs.
1. Regulasi
STOs diatur oleh otoritas keuangan dan peraturan pasar modal di negara tempat penawaran tersebut dilakukan. Ini berarti perusahaan yang melakukan STO harus mematuhi ketentuan kepatuhan dan melaporkan informasi yang diperlukan kepada regulator.
2. Sekuritas
Token yang ditawarkan dalam STO dianggap sebagai sekuritas atau surat berharga. Ini berarti mereka memberikan pemegangnya hak kepemilikan atau klaim atas aset atau pendapatan perusahaan, mirip dengan saham atau obligasi.
3. Transparansi
Proses STO harus transparan dan terbuka untuk para investor. Perusahaan yang melakukan STO harus memberikan informasi yang memadai tentang proyek, tujuan penggalangan dana, struktur keuangan, dan risiko yang terkait.
4. Keamanan Investor
STOs memberikan tingkat keamanan yang lebih tinggi bagi investor karena mereka tunduk pada peraturan dan undang-undang yang ketat. Hal ini membantu melindungi investor dari potensi penipuan dan praktik bisnis yang meragukan.
5. Pasar Sekunder
Setelah STO selesai, pemegang token dapat memperdagangkan token mereka di platform perdagangan kripto yang sesuai dengan regulasi, yang disebut juga sebagai pasar sekunder. Ini memberikan likuiditas bagi investor yang ingin menjual atau membeli kembali token mereka.
Baca juga:
Cara Beli BTC | Cara Beli JUP |
Cara Beli ETH | Cara Beli DOGE |
Cara Beli PYTH | Cara Beli SOL |
Apa Itu Initial Public Offering (IPO)?
Initial Public Offering (IPO) adalah proses di mana sebuah perusahaan pertama kali menawarkan sahamnya kepada publik untuk dibeli.
Dalam konteks saham sekuritas, IPO dapat dianggap sebagai perubahan status perusahaan dari swasta menjadi publik.
Proses IPO biasanya dilakukan oleh perusahaan yang ingin mengumpulkan modal tambahan untuk pertumbuhan, pengembangan, atau ekspansi bisnis mereka.
IPO merupakan langkah penting dalam kehidupan sebuah perusahaan dan dapat membuka pintu bagi pertumbuhan dan kesuksesan jangka panjang.
Namun, juga penting bagi investor untuk melakukan riset yang cermat sebelum berinvestasi dalam IPO, memahami risiko dan peluang yang terkait dengan investasi tersebut.
Berikut adalah beberapa poin penting yang perlu dipahami tentang IPO.
1. Persiapan
Sebelum melakukan IPO, perusahaan harus melakukan persiapan yang matang. Ini termasuk meninjau keuangan perusahaan, menyusun prospektus, menjalani proses audit, dan memenuhi persyaratan peraturan pasar modal.
2. Pendaftaran
Perusahaan yang ingin melakukan IPO harus mendaftarkan saham mereka di bursa efek yang relevan, seperti Bursa Efek Indonesia (BEI). Mereka juga harus mengajukan dokumen pendaftaran IPO kepada otoritas keuangan yang berwenang.
3. Penawaran Saham
Setelah pendaftaran selesai, perusahaan dapat memulai proses penawaran saham kepada investor. Ini dapat dilakukan melalui penawaran umum atau penjualan privat kepada investor institusi.
4. Penetapan Harga
Harga penawaran saham ditentukan oleh perusahaan dan bank investasi yang menangani IPO. Harga tersebut biasanya mencerminkan valuasi perusahaan, permintaan pasar, dan faktor-faktor lainnya.
5. Pendaftaran Saham
Setelah harga saham ditetapkan, perusahaan akan mendaftarkan sahamnya untuk diperdagangkan di bursa efek. Saham tersebut akan tersedia untuk dibeli oleh investor publik di pasar sekunder.
6. Pendanaan
Pendanaan yang diperoleh dari penjualan saham dalam IPO digunakan oleh perusahaan untuk tujuan yang telah ditentukan sebelumnya, seperti pengembangan produk, ekspansi bisnis, pembayaran utang, atau akuisisi.
7. Regulasi dan Kepatuhan
Proses IPO tunduk pada peraturan dan persyaratan pasar modal yang ketat. Perusahaan harus mematuhi regulasi yang berlaku dan memberikan informasi yang akurat dan transparan kepada investor potensial.
Baca Juga: Apa itu Public Sale dalam Cryptocurrency?
Perbedaan Antara ICO, STO, dan IPO
Dengan memahami perbedaan antara ICOs, STOs, dan IPOs, investor dan perusahaan dapat memilih metode penggalangan dana yang paling sesuai dengan kebutuhan dan tujuan mereka.
Meskipun masing-masing memiliki keuntungan dan tantangan sendiri, penting untuk mematuhi regulasi yang berlaku dan melakukan riset yang cermat sebelum berpartisipasi dalam setiap bentuk penggalangan dana.
1. Regulasi
ICOs kurang diatur dan lebih fleksibel, sementara STOs dan IPOs tunduk pada regulasi pasar modal yang ketat.
2. Sifat Sekuritas
ICOs biasanya tidak dianggap sebagai sekuritas, sementara STOs dan IPOs adalah sekuritas atau surat berharga yang diatur.
3. Partisipasi Investor
Investor dalam ICOs menggunakan cryptocurrency, sementara dalam STOs dan IPOs mereka menggunakan mata uang fiat.
4. Tujuan Utama
ICOs sering digunakan oleh proyek blockchain atau startup teknologi, sementara STOs dan IPOs digunakan oleh perusahaan yang lebih mapan untuk mengumpulkan modal tambahan atau menjadi perusahaan publik.
Cara Beli Crypto di Bittime
Kamu bisa beli dan jual aset crypto dengan cara yang mudah dan aman melalui Bittime. Bittime adalah satu aplikasi kripto terbaik di Indonesia yang sudah resmi terdaftar Bappebti.
Untuk bisa beli aset crypto di Bittime, pastikan kamu telah melakukan registrasi dan menyelesaikan verifikasi identitas. Selain itu, pastikan juga kalau kamu punya saldo yang cukup dengan melakukan deposit sejumlah dana ke wallet. Sekadar informasi, minimal pembelian aset di Bittime adalah Rp10.000. Setelah itu, barulah kamu bisa melakukan pembelian aset crypto di aplikasi.
Pantau pergerakan grafik harga Bitcoin (BTC), Ethereum (ETH), Solana (SOL) dan kripto lainnya untuk mengetahui tren crypto market hari ini secara real-time di Bittime.
Baca Juga:
Mengurai ENS dan DNS: Pandangan Mendalam pada Identitas Web3 dan Web2
Apa Itu Heroes of Mavia (MAVIA) - GameFi Mirip Clash of Clans Yang Sedang Naik Daun
Vesting Period dalam Cryptocurrency
DISCLAIMER: Artikel ini bersifat informasi dan bukan merupakan tawaran atau ajakan untuk menjual dan membeli aset kripto apapun. Perdagangan aset kripto merupakan aktivitas beresiko tinggi. Harga aset kripto bersifat fluktuatif, di mana harga dapat berubah secara signifikan dari waktu ke waktu dan Bittime tidak bertanggung jawab atas perubahan fluktuasi dari nilai tukar aset kripto.
Komentar
0 komentar
Harap masuk untuk memberikan komentar.