Cek Market Crypto Hari Ini:
Bittime - Dalam dunia kripto, konsep inflasi dan deflasi tidak hanya terbatas pada mata uang fiat. Mereka juga memengaruhi token dan aset kripto.
Dua konsep ini, yaitu inflasi dan deflasi, memiliki implikasi yang berbeda dalam ekonomi token. Mari kita bahas lebih dalam tentang perbedaan serta dampak dari token inflationary vs. deflationary.
Apa Itu Token Inflationary?
Token inflasi adalah jenis token kripto yang memiliki sifat bertambahnya pasokan seiring waktu. Artinya, jumlah total token yang beredar dalam ekosistem meningkat dari waktu ke waktu.
Ini berbeda dengan token deflasi, di mana pasokan totalnya cenderung berkurang atau stabil. Beberapa ciri utama dari token inflasi adalah sebagai berikut.
1. Penambahan Pasokan
Token inflasi mengalami penambahan pasokan baru secara teratur.
Hal ini bisa terjadi melalui berbagai mekanisme, seperti pertambangan (mining), penambahan token sebagai insentif bagi validator atau penyedia likuiditas, atau penggunaan dana treasury untuk mendanai proyek atau pengembangan lebih lanjut.
2. Mekanisme Pertambahan
Ada berbagai cara di mana token inflasi dapat mengalami penambahan pasokan.
Beberapa proyek menggunakan pertambangan proof-of-work (PoW) atau proof-of-stake (PoS), di mana penambang atau validator memperoleh token baru sebagai imbalan atas kontribusi mereka terhadap keamanan jaringan.
Ada juga proyek-proyek yang menggunakan mekanisme penambahan pasokan lainnya, seperti distribusi token kepada pemegang yang berpartisipasi dalam aktivitas tertentu atau penyediaan likuiditas di platform DeFi.
3. Pengaruh pada Nilai
Salah satu dampak utama dari token inflasi adalah pengaruhnya terhadap nilai relatif dari setiap token.
Dengan penambahan pasokan yang terus menerus, nilai relatif dari setiap token cenderung menurun seiring waktu. Hal ini dapat menghasilkan inflasi harga, di mana harga barang dan layanan cenderung naik seiring dengan peningkatan jumlah uang beredar.
4. Stabilitas Harga
Meskipun token inflasi cenderung mengalami inflasi harga, mereka juga cenderung lebih stabil dalam hal nilai relatif.
Hal ini karena penambahan pasokan yang teratur dapat mempertahankan keseimbangan antara penawaran dan permintaan, sehingga mencegah fluktuasi harga yang terlalu besar.
Baca juga:
Cara Beli BTC | Cara Beli JUP |
Cara Beli ETH | Cara Beli DOGE |
Cara Beli PYTH | Cara Beli SOL |
Apa Itu Token Deflationary?
Token deflasi adalah jenis token kripto yang memiliki sifat berkurangnya pasokan seiring waktu.
Berbeda dengan token inflasi yang jumlahnya cenderung bertambah, token deflasi memiliki karakteristik di mana pasokan totalnya cenderung berkurang atau stabil. Berikut adalah beberapa ciri utama dari token deflasi.
1. Pembakaran Token
Salah satu mekanisme utama yang digunakan oleh token deflasi adalah pembakaran token. Ini berarti sejumlah token yang telah diterbitkan secara sengaja dihapus atau "dibakar", sehingga mengurangi pasokan total yang beredar.
Pembakaran token dapat terjadi dalam berbagai situasi, seperti sebagai bagian dari proses transaksi atau sebagai kebijakan tokenomics yang dirancang untuk mengurangi pasokan secara bertahap.
2. Kesenjangan Pasokan dan Permintaan
Dengan pasokan yang cenderung berkurang atau tetap stabil, namun permintaan yang meningkat, nilai relatif dari setiap token deflasi dapat meningkat seiring waktu.
Hal ini menciptakan kesan langka dan bernilai bagi token tersebut, karena semakin sedikit jumlahnya yang tersedia di pasar.
3. Pengaruh pada Nilai
Deflasi dapat meningkatkan nilai relatif dari setiap token deflasi. Dengan pasokan yang terus berkurang atau stabil, nilai setiap token cenderung naik seiring waktu. Ini berbeda dengan token inflasi, di mana nilai relatifnya cenderung menurun seiring penambahan pasokan yang terus menerus.
4. Stabilitas Harga
Meskipun deflasi dapat meningkatkan nilai relatif dari setiap token, mereka juga dapat menyebabkan volatilitas harga yang tinggi.
Hal ini karena penurunan pasokan yang terjadi dapat menciptakan fluktuasi harga yang signifikan, terutama jika permintaan tiba-tiba meningkat atau menurun secara tajam.
Baca Juga: Apa Itu Consumer Price Index (CPI)?
Bagaimana Token Inflationary vs Deflationary Mempengaruhi Volume Perdagangan
Token inflasi dan deflasi memiliki dampak yang berbeda pada volume perdagangan dalam ekosistem kripto. Mari kita bahas bagaimana masing-masing jenis token ini memengaruhi volume perdagangan.
1. Token Inflationary
-
Penambahan Pasokan
Dengan pasokan yang terus bertambah seiring waktu, token inflasi cenderung memiliki volume perdagangan yang lebih tinggi. Ini karena adanya lebih banyak token yang tersedia untuk diperdagangkan di pasar.
-
Fluktuasi Harga
Meskipun memiliki volume perdagangan yang tinggi, token inflasi cenderung memiliki fluktuasi harga yang lebih rendah. Ini karena penambahan pasokan yang teratur dapat mempertahankan keseimbangan antara penawaran dan permintaan, sehingga mencegah fluktuasi harga yang terlalu besar.
-
Volume Transaksi
Dengan lebih banyak token yang tersedia untuk diperdagangkan, volume transaksi untuk token inflasi cenderung lebih tinggi. Ini menciptakan likuiditas yang lebih besar di pasar dan dapat meningkatkan aktivitas perdagangan secara keseluruhan.
2. Token Deflationary
-
Pembakaran Token
Dengan pasokan yang cenderung berkurang atau tetap stabil, token deflasi cenderung memiliki volume perdagangan yang lebih rendah. Ini karena adanya lebih sedikit token yang tersedia untuk diperdagangkan di pasar.
-
Kesenjangan Pasokan dan Permintaan
Meskipun memiliki volume perdagangan yang lebih rendah, token deflasi cenderung memiliki fluktuasi harga yang lebih tinggi. Ini karena penurunan pasokan yang terjadi dapat menciptakan kesan langka dan bernilai bagi token tersebut, sehingga memicu fluktuasi harga yang lebih besar.
-
Volume Transaksi
Dengan lebih sedikit token yang tersedia untuk diperdagangkan, volume transaksi untuk token deflasi cenderung lebih rendah.
Namun, aktivitas perdagangan dalam volume yang lebih rendah dapat menghasilkan pergerakan harga yang lebih besar dalam jangka pendek.
Baca Juga: Apa Itu OHM Fork, Implikasi, dan Dampaknya dalam Kripto?
Bagaimana Token Inflationary vs Deflationary Mempengaruhi Likuiditas Pasar
Token inflasi dan deflasi memiliki dampak yang berbeda pada likuiditas pasar dalam ekosistem kripto. Mari kita bahas bagaimana masing-masing jenis token ini memengaruhi likuiditas pasar.
1. Token Inflationary
-
Peningkatan Pasokan
Dengan pasokan yang terus bertambah seiring waktu, token inflasi cenderung memiliki likuiditas pasar yang lebih tinggi. Ini karena adanya lebih banyak token yang tersedia untuk diperdagangkan di pasar, sehingga meningkatkan volume perdagangan dan kemudahan dalam menemukan pembeli atau penjual.
-
Stabilitas Harga
Meskipun memiliki likuiditas yang tinggi, token inflasi cenderung memiliki fluktuasi harga yang lebih rendah. Ini karena penambahan pasokan yang teratur dapat mempertahankan keseimbangan antara penawaran dan permintaan, sehingga mencegah fluktuasi harga yang terlalu besar.
-
Ketersediaan Likuiditas
Dengan lebih banyak token yang tersedia untuk diperdagangkan, likuiditas pasar untuk token inflasi cenderung lebih tinggi. Ini memungkinkan investor untuk dengan mudah membeli atau menjual token tanpa menyebabkan perubahan besar pada harga.
2. Token Deflationary
-
Pembakaran Token
Dengan pasokan yang cenderung berkurang atau tetap stabil, token deflasi cenderung memiliki likuiditas pasar yang lebih rendah. Ini karena adanya lebih sedikit token yang tersedia untuk diperdagangkan di pasar, sehingga menyulitkan untuk menemukan pembeli atau penjual.
-
Kesenjangan Pasokan dan Permintaan
Meskipun memiliki likuiditas yang lebih rendah, token deflasi cenderung memiliki fluktuasi harga yang lebih tinggi. Ini karena penurunan pasokan yang terjadi dapat menciptakan kesan langka dan bernilai bagi token tersebut, sehingga memicu fluktuasi harga yang lebih besar.
-
Tingkat Likuiditas
Dengan lebih sedikit token yang tersedia untuk diperdagangkan, likuiditas pasar untuk token deflasi cenderung lebih rendah. Ini dapat menyebabkan pergerakan harga yang lebih besar dalam respons terhadap pesanan perdagangan yang lebih besar.
Cara Beli Crypto di Bittime
Kamu bisa beli dan jual aset crypto dengan cara yang mudah dan aman melalui Bittime. Bittime adalah satu aplikasi kripto terbaik di Indonesia yang sudah resmi terdaftar Bappebti.
Untuk bisa beli aset crypto di Bittime, pastikan kamu telah melakukan registrasi dan menyelesaikan verifikasi identitas. Selain itu, pastikan juga kalau kamu punya saldo yang cukup dengan melakukan deposit sejumlah dana ke wallet. Sekadar informasi, minimal pembelian aset di Bittime adalah Rp10.000. Setelah itu, barulah kamu bisa melakukan pembelian aset crypto di aplikasi.
Belajar Panduan Lengkap Cara Beli Crypto di Bittime.
Pantau pergerakan grafik harga Bitcoin (BTC), Ethereum (ETH), Solana (SOL) dan kripto lainnya untuk mengetahui tren crypto market hari ini secara real-time di Bittime.
Baca Juga:
Cara Melestarikan Modal Saat Inflasi Menggunakan Kripto
6 Cara Menghindari Kripto Rug Pull pada DeFi
DISCLAIMER: Artikel ini bersifat informasi dan bukan merupakan tawaran atau ajakan untuk menjual dan membeli aset kripto apapun. Perdagangan aset kripto merupakan aktivitas beresiko tinggi. Harga aset kripto bersifat fluktuatif, di mana harga dapat berubah secara signifikan dari waktu ke waktu dan Bittime tidak bertanggung jawab atas perubahan fluktuasi dari nilai tukar aset kripto.
Komentar
0 komentar
Harap masuk untuk memberikan komentar.