Use case (kegunaan) supply chain mengacu pada berbagai macam aplikasi dan implementasi konkret dari konsep rantai pasok. Kali ini mari mengulas kegunaan supply chain yang telah memanfaatkan blockchain.
Mengenal Apa Itu Supply Chain
Supply chain, atau rantai pasok, adalah rangkaian aktivitas dan proses yang melibatkan produksi, distribusi, penyimpanan, dan transportasi barang atau layanan dari pemasok hingga konsumen akhir.
Rantai pasok yang efisien adalah kunci kesuksesan bagi perusahaan, mengingat dampaknya pada pengelolaan biaya, ketersediaan produk, dan kepuasan pelanggan.
Sejarah Singkat Penggunaan Blockchain pada Supply Chain
Sejarah penggunaan blockchain pada supply chain dimulai sebagai respons terhadap tantangan dan kekurangan yang dihadapi oleh industri rantai pasok tradisional.
Berikut adalah rangkaian peristiwa kunci yang mencerminkan perkembangan sejarah penggunaan blockchain pada supply chain:
1. Awal Mula Konsep Blockchain (2008-2009)
Konsep blockchain pertama kali diperkenalkan melalui whitepaper berjudul "Bitcoin: A Peer-to-Peer Electronic Cash System".
Ditulis oleh seseorang atau kelompok dengan nama samaran Satoshi Nakamoto.
White paper ini membahas konsep dasar dari blockchain, yang kemudian digunakan untuk mendukung transaksi kripto, seperti Bitcoin.
2. Ekspansi Fungsi Blockchain dan Penerapan (2014 - 2016)
Meskipun blockchain awalnya dikaitkan dengan aset kripto, para pemangku kepentingan mulai mengidentifikasi potensi teknologi ini untuk mengatasi tantangan di luar dunia finansial.
Munculnya platform Ethereum membuka pintu untuk pengembangan smart contracts, yang dapat memprogram perjanjian otomatis berdasarkan kondisi tertentu.
Pada 2016, beberapa perusahaan mulai menggagas ide penggunaan blockchain dalam rantai pasok.
Peristiwa tersebut menciptakan kesadaran akan potensi teknologi ini untuk meningkatkan transparansi, keamanan, dan efisiensi dalam pengelolaan rantai pasok.
3. Pilot Proyek dan Konsorsium (2017)
Munculnya proyek-proyek pilot dan pembentukan konsorsium industri menjadi tren pada tahun ini.
Perusahaan-perusahaan besar, terutama dalam sektor logistik, mulai melakukan uji coba penggunaan blockchain pada beberapa bagian dari rantai pasok mereka.
Pembentukan konsorsium adalah langkah penting untuk menggabungkan upaya industri dan menciptakan standar yang dapat diterima bersama.
4. Perkembangan Platform Blockchain Khusus Supply Chain (2018 - 2020)
Beberapa platform blockchain khusus untuk supply chain mulai muncul.
Fenomena ini menjadi solusi yang lebih terfokus dan dapat diadopsi oleh industri dengan kebutuhan khusus dalam mengelola rantai pasok mereka.
Platform-platform ini biasanya menawarkan fitur-fitur seperti pelacakan real-time, validasi otomatis, dan transparansi.
Penerapan blockchain pada supply chain mengalami pengujian skala lebih besar, dengan beberapa perusahaan besar memperluas penggunaannya atau bergabung dalam inisiatif bersama.
Adopsi semakin meluas dan mencakup berbagai sektor, dari manufaktur hingga makanan dan farmasi.
5. Pengaruh Pandemi COVID-19 (2020-2021)
Pandemi COVID-19 memperlihatkan kerentanan dalam rantai pasok global dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya solusi yang lebih efisien dan tangguh.
Penggunaan blockchain dalam supply chain semakin diakui sebagai alat yang dapat membantu mengatasi tantangan seperti keterlambatan pengiriman, peningkatan permintaan, dan kesulitan dalam pelacakan produk.
6. Inovasi Lanjutan dan Kolaborasi Industri (2022 dan seterusnya)
Teknologi blockchain yang terus berkembang diharapkan akan memunculkan inovasi lebih lanjut dalam penerapan blockchain pada supply chain.
Kolaborasi antarperusahaan dan konsorsium industri akan terus memainkan peran penting dalam menciptakan solusi yang bersifat standar dan dapat diterima secara luas.
Dampak Penerapan Teknologi Blockchain pada Supply Chain
1. Transparansi dan Pelacakan Real-Time
Blockchain menyediakan ledger terdistribusi yang dapat diakses oleh semua pihak dalam rantai pasok.
Penerapan teknologi ini meningkatkan transparansi, memungkinkan setiap pemangku kepentingan untuk melacak pergerakan barang secara real-time, mulai dari produksi hingga pengiriman.
2. Keamanan dan Ketahanan Terhadap Manipulasi
Informasi yang dimasukkan ke dalam blockchain dienkripsi dan dihubungkan secara kriptografis, menjadikannya sulit untuk dimanipulasi.
Hal ini meningkatkan keamanan data dan mengurangi risiko perubahan informasi oleh pihak yang tidak berwenang.
3. Efisiensi Operasional
Automatisasi proses dengan menggunakan smart contracts, yang dapat dijalankan otomatis saat kondisi tertentu terpenuhi, membantu meningkatkan efisiensi operasional.
Proses semacam Ini ternyata dapat mengurangi biaya administrasi dan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan transaksi dan pengiriman.
4. Pelacakan Asal Usul dan Kualitas Produk
Dengan menyimpan catatan setiap tahap dalam blockchain, produsen dan konsumen dapat melacak asal usul produk dengan mudah.
Hal semacam ini membantu memastikan keaslian dan kualitas produk, yang dapat penting terutama dalam industri makanan dan farmasi.
5. Menghemat Biaya dan Waktu
Pemotongan perantara, otomatisasi proses pembayaran, dan pelacakan yang lebih efisien dapat mengurangi biaya dan waktu yang diperlukan dalam rantai pasok, sehingga memberikan nilai tambah bagi semua pemangku kepentingan.
Contoh Supply Chain yang Menggunakan Blockchain
1. Walmart dan IBM
Walmart telah mengadopsi teknologi blockchain untuk mengelola rantai pasok produk-produk segar, seperti sayuran dan daging.
Dengan menggunakan blockchain, Walmart dapat lebih cepat melacak sumber kontaminasi makanan dan mengevaluasi asal usul produk untuk memastikan keamanan dan kualitas.
2. Maersk
Maersk, salah satu perusahaan pengiriman terbesar di dunia, bermitra dengan IBM untuk mengembangkan platform TradeLens berbasis blockchain.
Platform ini bertujuan untuk menyederhanakan dan meningkatkan efisiensi rantai pasok global, termasuk proses pengiriman dan pemrosesan dokumen.
3. Everledger
Everledger menggunakan blockchain untuk melacak dan memverifikasi asal usul berlian dan barang-barang mewah lainnya.
Praktik ini membantu mengatasi isu pemalsuan dan memberikan keyakinan kepada konsumen terkait keaslian produk.
Peran Blockchain dalam Supply Chain
Sebagai contoh use case yang lebih spesifik, pertimbangkan suatu perusahaan pakaian yang menerapkan blockchain dalam rantai pasoknya:
1. Pencatatan Produksi
Informasi setiap tahap produksi, termasuk sumber bahan, pabrik yang terlibat, dan tanggal produksi, dicatat dalam blockchain.
2. Pelacakan Pengiriman
Setiap langkah dalam distribusi dan pengiriman dicatat secara real-time. Hal ini memberikan visibilitas yang jelas terhadap pergerakan produk.
3. Pemeriksaan Kualitas
Hasil pemeriksaan kualitas di setiap tahap dapat dimasukkan ke dalam blockchain. Jika ada cacat atau masalah, dapat segera diidentifikasi dan diatasi.
4. Pemotongan Perantara dalam Pembayaran
Dengan menggunakan smart contracts, pembayaran antara pihak-pihak yang terlibat dapat dilakukan secara otomatis ketika kondisi-kondisi tertentu terpenuhi, mengurangi ketergantungan pada perantara keuangan.
5. Transparansi untuk Konsumen
Informasi asal usul dan catatan keberlanjutan produk dapat diakses oleh konsumen melalui sistem yang aman dan terpercaya.
Kesimpulan
Penerapan teknologi blockchain dalam rantai pasok membuka peluang besar untuk meningkatkan efisiensi, keamanan, dan transparansi.
Beberapa perusahaan terkemuka sudah mengadopsi teknologi ini, membuktikan potensinya dalam mengatasi tantangan dalam industri rantai pasok.
Sementara masih ada beberapa kendala dan tantangan yang perlu diatasi, terus berkembangnya teknologi blockchain menjanjikan perubahan positif yang signifikan dalam cara kita melihat dan mengelola rantai pasok di masa depan.
Baca Juga:
Bagaimana Cara Kerja Blockchain?
Apa Itu Block dan Cara Kerjanya dalam Blockchain
Apa Itu Node dan Cara Kerjanya dalam Blockchain
Apa yang Membuat Blockchain Aman? Simak Penjelasannya!
Memahami Apa Itu Trilema Blockchain: Panduan untuk Pemula
DISCLAIMER: Artikel ini bersifat informasi dan bukan merupakan tawaran atau ajakan untuk menjual dan membeli aset crypto apapun. Perdagangan aset crypto merupakan aktivitas beresiko tinggi. Harga aset crypto bersifat fluktuatif, di mana harga dapat berubah secara signifikan dari waktu ke waktu dan Bittime tidak bertanggung jawab atas perubahan fluktuasi dari nilai tukar aset crypto.
Komentar
0 komentar
Harap masuk untuk memberikan komentar.