Dalam dunia blockchain yang terus berkembang, dua istilah yang sering terdengar namun jarang dipahami sepenuhnya adalah 'Layer 1' dan 'Layer 2'. Artikel ini akan membawa kamu menyelami kedalaman kedua konsep ini, mengungkap bagaimana Layer 1 dan Layer 2 berbeda tapi sama-sama berperan penting dari teknologi blockchain yang kita kenal hari ini. Mari simak!
Apa itu Layer 1 dalam Blockchain?
Layer 1 dalam blockchain merujuk pada infrastruktur dasar dari sebuah jaringan blockchain. Ini adalah lapisan tempat blockchain seperti Bitcoin dan Ethereum beroperasi.
Layer 1 mencakup semua elemen dasar dari blockchain, seperti konsensus protokol, keamanan, dan pencatatan transaksi. Infrastruktur ini sering dianggap sebagai "tulang punggung" dari ekosistem crypto, karena mengatur aturan dasar untuk jaringan dan memproses transaksi.
Contoh proyek layer 1 dalam blockchain crypto yang populer adalah sebagai berikut:
- Bitcoin (BTC)
- Ethereum (ETH)
- Cardano (ADA)
- Solana (SOL)
- Binance Coin (BNB)
- Polkadot (DOT)
- Ripple (XRP)
- Terra (LUNA)
- Avalanche (AVAX)
Bagaimana Cara Kerja Layer 1?
Layer 1 dalam teknologi blockchain adalah dasar fundamental di mana seluruh jaringan blockchain beroperasi.
Di lapisan ini, transaksi antar pengguna direkam dan dikonsolidasikan dalam blok-blok yang kemudian ditambahkan secara berurutan ke dalam blockchain, menciptakan buku besar digital yang permanen dan tidak dapat diubah.
Keamanan dan integritas transaksi ini dipastikan melalui mekanisme konsensus, seperti Proof of Work (PoW) yang digunakan oleh Bitcoin atau Proof of Stake (PoS) yang diadopsi oleh beberapa blockchain lain. Proses ini melibatkan penambang dalam PoW atau validator dalam PoS yang bertanggung jawab untuk membuat, memverifikasi, dan menambahkan blok ke blockchain.
Struktur desentralisasi Layer 1 memungkinkan jaringan yang terdiri dari berbagai node (komputer) untuk bekerja bersama dalam memelihara dan memperbarui blockchain secara mandiri, memastikan transparansi dan keamanan.
Selain itu, blockchain seperti Ethereum memperkenalkan konsep smart contracts, yang memungkinkan eksekusi otomatis dari kontrak berdasarkan kondisi yang telah ditentukan sebelumnya, tanpa perlu intervensi pihak ketiga.
Namun, salah satu tantangan utama yang dihadapi oleh Layer 1 adalah masalah skalabilitas, di mana kapasitasnya untuk memproses transaksi secara efisien masih terbatas. Oleh karena itu, berbagai solusi dan peningkatan sedang dikembangkan untuk mengatasi keterbatasan ini, memperluas kemampuan dan efisiensi blockchain Layer 1.
Apa Itu Layer 2 dalam Blockchain?
Layer 2 adalah lapisan yang dibangun di atas blockchain Layer 1 untuk meningkatkan skalabilitas dan efisiensi. Teknologi Layer 2 tidak mengubah protokol Layer 1, tetapi meningkatkan kemampuannya dengan menangani transaksi di luar rantai utama.
Dengan demikian, Layer 2 dapat mengurangi kepadatan di jaringan Layer 1, memungkinkan transaksi lebih cepat dan lebih murah.
Contoh proyek layer 2 dalam blockchain crypto yang populer adalah sebagai berikut:
- Arbitrum (ARB)
- Polygon (MATIC)
- Immutable X (IMX)
- Bitcoin Lightning Network
- Optimism (OP)
- dYdX (DYDX)
Ini adalah beberapa contoh blockchain Layer 1 yang populer, masing-masing dengan token aslinya yang memiliki peran dan fungsi khusus dalam ekosistem mereka.
Bagaimana Cara Kerja Layer 2?
Berbeda dengan Layer 1 yang menangani transaksi langsung pada blockchain utama, Layer 2 memproses transaksi di luar blockchain utama, yang dikenal sebagai proses off-chain.
Metode ini memungkinkan transaksi dilakukan dengan lebih cepat dan biaya yang lebih rendah, karena tidak memerlukan validasi oleh seluruh jaringan pada blockchain utama.
Salah satu contoh populer dari Layer 2 adalah rollups, yang mengumpulkan banyak transaksi off-chain, memprosesnya, dan kemudian menyimpan hanya hasil atau ringkasan transaksi ke blockchain utama. Ini mengurangi beban pada Layer 1, memungkinkan lebih banyak transaksi diproses secara efisien.
Teknologi lain seperti State Channels dan Sidechains juga digunakan dalam Layer 2 untuk meningkatkan transaksi dan aplikasi terdesentralisasi, masing-masing dengan keunggulan dan metode penggunaannya sendiri.
Dengan demikian, Layer 2 menawarkan solusi yang sangat efektif untuk mengatasi tantangan skalabilitas yang dihadapi oleh blockchain Layer 1, membuka jalan untuk adopsi blockchain yang lebih luas dan aplikasi yang lebih kompleks.
Beda Layer 1 dan Layer 2
- Pengolahan Transaksi: Layer 1 menangani transaksi pada blockchain utama, sementara Layer 2 memproses transaksi di luar rantai utama untuk efisiensi.
- Skalabilitas: Layer 1 terbatas dalam hal skalabilitas; Layer 2 menawarkan solusi untuk meningkatkan jumlah transaksi yang dapat diproses.
- Keamanan: Keamanan Layer 1 berasal dari protokol blockchain itu sendiri, sedangkan Layer 2 bergantung pada keamanan Layer 1 tetapi juga memperkenalkan mekanisme keamanan tambahan.
Kesimpulan
Dalam dunia crypto, Layer 1 dan Layer 2 adalah komponen penting yang bekerja bersama untuk memastikan keamanan, efisiensi, dan skalabilitas.
Layer 1 menyediakan fondasi yang kokoh, sementara Layer 2 membawa inovasi dan solusi untuk meningkatkan kinerja jaringan.
DISCLAIMER: Artikel ini bersifat informasi dan bukan merupakan nasihat, rekomendasi, tawaran atau ajakan untuk menjual dan membeli aset kripto apapun. Perdagangan aset kripto merupakan aktivitas berisiko tinggi. Harga aset kripto bersifat fluktuatif, dimana harga dapat berubah secara signifikan dari waktu ke waktu. Bittime tidak bertanggung jawab atas perubahan fluktuasi dari nilai tukar atau harga aset kripto.
Komentar
0 komentar
Harap masuk untuk memberikan komentar.