Turing completeness adalah sebuah klasifikasi untuk sebuah sistem aturan yang dapat memanipulasi data. Istilah ini dinamai dari ilmuwan komputer Alan Turing, penemu Turing machine. Klasifikasi ini adalah adalah salah satu faktor pembeda dari kemampuan dan kinerja blockchain.
Blockchain adalah teknologi yang memungkinkan pencatatan transaksi secara terdesentralisasi, transparan, dan aman. Blockchain dapat digunakan untuk berbagai aplikasi, mulai dari mata uang digital, kontrak pintar, hingga identitas digital.
Namun, tidak semua blockchain diciptakan sama. Ada beberapa faktor yang membedakan kemampuan dan kinerja blockchain, salah satunya adalah Turing completeness.
Pengertian Turing Completeness
Sebuah sistem dikatakan Turing complete jika dapat digunakan untuk mensimulasikan Turing machine apapun. Ini berarti bahwa sistem ini mampu mengenali atau memutuskan aturan-aturan manipulasi data lainnya.
Turing completeness digunakan sebagai cara untuk mengekspresikan kekuatan dari sebuah sistem manipulasi data.
Secara sederhana, Turing completeness adalah sistem dapat melakukan komputasi apapun yang dapat dilakukan oleh Turing machine. Ini bisa terjadi asalkan memiliki waktu dan memori yang cukup.
Jadi, jika seseorang mengatakan “blockchain saya adalah Turing complete”, itu berarti secara prinsip (meskipun sering kali tidak dalam praktik) blockchain tersebut dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah komputasi apapun.
Contoh Blockchain yang Turing Complete
Salah satu contoh blockchain yang Turing complete adalah Ethereum. Ethereum adalah sebuah platform blockchain yang memungkinkan pengembangan dan pelaksanaan kontrak pintar. Ini adalah perjanjian yang dapat dieksekusi secara otomatis oleh kode program tanpa perlu perantara.
Ethereum menggunakan bahasa pemrograman bernama Solidity, yang merupakan bahasa Turing complete. Ini berarti bahwa Solidity dapat digunakan untuk menulis kode program apapun yang dapat dijalankan oleh Turing machine.
Keuntungan dari blockchain yang Turing complete adalah fleksibilitas dan inovasi. Dengan blockchain yang Turing complete, pengembang dapat menciptakan aplikasi-aplikasi yang kompleks dan canggih, yang dapat menawarkan berbagai fungsi dan layanan kepada pengguna.
Misalnya, dengan Ethereum, pengembang dapat membuat aplikasi desentralisasi (dApps) yang dapat mencakup bidang-bidang seperti keuangan, permainan, media sosial, dan lain-lain.
Tantangan dari Blockchain yang Turing Complete
Meskipun memiliki keuntungan, blockchain yang Turing complete juga memiliki tantangan dan risiko. Salah satu tantangan utama adalah skalabilitas. Karena blockchain yang Turing complete dapat menjalankan kode program apapun, maka hal ini dapat menimbulkan beban yang besar bagi jaringan.
Setiap transaksi atau kontrak pintar yang dieksekusi oleh blockchain harus diverifikasi oleh semua node (komputer) yang terhubung ke jaringan. Ini dapat menyebabkan lambatnya proses transaksi, mahalnya biaya transaksi, dan rendahnya kapasitas transaksi.
Salah satu risiko lainnya adalah keamanan. Karena blockchain yang Turing complete dapat menjalankan kode program apapun. Maka, hal ini juga dapat menimbulkan celah keamanan yang dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
Misalnya, pada tahun 2016, terjadi sebuah serangan yang disebut DAO hack. Serangan ini terjadi karena adanya kesalahan dalam kode program kontrak pintar yang digunakan oleh organisasi tersebut.
Baca juga:
Apa Itu Blockchain 1.0? Sebuah Titik Awal Blockchain
DISCLAIMER: Artikel ini bersifat informasi dan bukan merupakan tawaran atau ajakan untuk menjual dan membeli aset kripto apapun. Perdagangan aset kripto merupakan aktivitas beresiko tinggi. Harga aset kripto bersifat fluktuatif, di mana harga dapat berubah secara signifikan dari waktu ke waktu dan Bittime tidak bertanggung jawab atas perubahan fluktuasi dari nilai tukar aset kripto.
Komentar
0 komentar
Harap masuk untuk memberikan komentar.