Sharding adalah teknik partisi database yang digunakan untuk meningkatkan skalabilitas blockchain. Pada dasarnya, sharding membagi jaringan blockchain menjadi partisi kecil yang disebut "shard." Setiap shard bertanggung jawab atas sebagian data dari blockchain, menjadi independen dari shard lainnya dan mengurangi beban komputasi yang tidak perlu.
Fungsi Sharding
Meningkatkan Throughput
Fungsi utama sharding adalah meningkatkan kapasitas transaksi per detik (throughput) blockchain. Dengan membagi jaringan menjadi shard-shard independen, kemampuan untuk memproses lebih banyak transaksi secara bersamaan meningkat.
Memisahkan Data
Setiap shard beroperasi secara mandiri, menyimpan sebagian data dari keseluruhan blockchain. Ini memungkinkan efisiensi penyimpanan dan pemrosesan data, mengurangi latensi jaringan.
Memelihara Desentralisasi
Meskipun terjadi pemisahan data, prinsip desentralisasi tetap terjaga. Buku besar terdistribusi tetap dapat diakses oleh setiap node, memastikan keamanan dan transparansi jaringan.
Contoh Sharding
Pembagian Berdasarkan Jenis Transaksi
Sebagai contoh, sharding dapat dilakukan dengan membagi shard berdasarkan jenis transaksi. Misalnya, satu shard dapat memproses transaksi mata uang kripto tertentu, sementara shard lain mengurus jenis transaksi lainnya.
Sharding Berbasis Aset Digital
Implementasi sharding juga dapat didasarkan pada jenis aset digital. Satu shard mungkin bertanggung jawab untuk menyimpan dan memvalidasi transaksi yang melibatkan jenis aset tertentu, menciptakan struktur yang efisien dan terorganisir.
Rotasi Node secara Acak
Dalam beberapa kasus, node-node dalam jaringan shard dapat dirotasi secara acak ke shard lainnya. Hal ini mempersulit upaya penyerangan, mengoptimalkan keamanan jaringan.
Seberapa Aman Sharding?
Sharding telah dikritik karena berpotensi mengurangi desentralisasi dan keamanan blockchain. Shard dapat terkorupsi, dengan satu shard mengambil alih shard lain, yang dapat menyebabkan kehilangan informasi atau data. Sebagai contoh, serangan peretasan dapat mengambil alih shard dan memperkenalkan transaksi palsu, yang menyebabkan kebingungan di antara shard lainnya mengenai validitas data.
Bagaimana Ethereum Menggunakan Sharding?
Ethereum berencana menggunakan sharding sebagai bagian dari pendekatan penskalaannya untuk meningkatkan throughput blockchain. Jaringan akan memperkenalkan 64 rantai shard baru di masa depan, yang akan memiliki tanggung jawab yang berbeda dan akan sangat mengurangi beban kerja dari mainnet Ethereum, yang disebut Beacon Chain.
Proses ini akan terjadi sebagai bagian dari penskalaan Ethereum yang melihat beralih ke proof-of-stake sebagai mekanisme konsensus. Beralih ini disebut sebagai Merge. Sharding akan menjadi salah satu langkah berikutnya untuk Ethereum dalam roadmap skalanya.
Kesimpulan
Dengan memahami konsep sharding, blockchain dapat mengatasi hambatan skalabilitasnya. Sharding membawa manfaat signifikan dalam meningkatkan throughput, efisiensi pengelolaan data, dan mempertahankan desentralisasi. Dalam roadmap pengembangan blockchain, sharding menjadi langkah penting untuk mewujudkan visi jaringan yang lebih cepat, aman, dan dapat diakses oleh pengguna secara luas.
Baca Juga:
Mengenal FATF Travel Rule dan Fungsinya
Apa Itu Adaptive State Sharding Pada Crypto?
Memahami Fakeouts dalam Trading
DISCLAIMER: Artikel ini bersifat informasi dan bukan merupakan tawaran atau ajakan untuk menjual dan membeli aset crypto apapun. Perdagangan aset crypto merupakan aktivitas beresiko tinggi. Harga aset crypto bersifat fluktuatif, di mana harga dapat berubah secara signifikan dari waktu ke waktu dan Bittime tidak bertanggung jawab atas perubahan fluktuasi dari nilai tukar aset crypto.
Komentar
0 komentar
Harap masuk untuk memberikan komentar.