Soft fork adalah perubahan pada protokol blockchain yang menyebabkan perubahan status pada sebuah transaksi atau blok. Artinya, blok atau transaksi yang sebelumnya valid menjadi tidak valid.
Fork adalah perubahan pada protokol blockchain yang menyebabkan adanya divergensi atau percabangan dari versi sebelumnya. Ada dua jenis fork yang umum terjadi, yaitu hard fork dan soft fork.
Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih lanjut tentang soft fork, apa itu, bagaimana cara kerjanya, dan contoh-contohnya.
Pengertian Soft Fork
Soft fork adalah perubahan pada protokol blockchain yang menyebabkan hanya blok atau transaksi yang sebelumnya valid menjadi tidak valid. Dengan soft fork, perubahan yang dilakukan bersifat backward-compatible.
Artinya, node lama masih bisa menambahkan blok baru ke blockchain, asalkan sesuai dengan aturan baru. Soft fork tidak memerlukan semua node untuk mengupgrade dan setuju dengan versi baru, melainkan hanya mayoritas node saja.
Soft fork bisa terjadi karena adanya update software yang bertujuan untuk meningkatkan performa, keamanan, atau fitur blockchain. Soft fork juga bisa terjadi karena adanya ketidaksesuaian antara node yang menggunakan versi software yang berbeda.
Soft fork tidak menyebabkan adanya dua rantai blockchain yang berbeda, melainkan hanya satu rantai yang mengikuti aturan baru.
Cara Kerja Soft Fork
Soft fork bisa diilustrasikan dengan analogi sebuah restoran. Misalkan, restoran tersebut memiliki aturan bahwa pelanggan hanya boleh memesan makanan dari menu yang tersedia.
Kemudian, restoran tersebut memutuskan untuk mengubah aturan menjadi lebih ketat, yaitu pelanggan hanya boleh memesan makanan dari menu yang berwarna hijau.
Maka, pelanggan yang sudah tahu aturan baru akan memesan makanan dari menu hijau, sedangkan pelanggan yang belum tahu aturan baru masih bisa memesan makanan dari menu lain, asalkan masih ada di daftar menu.
Dalam hal ini, restoran adalah blockchain, pelanggan adalah node, dan menu adalah blok. Node yang sudah mengupgrade software akan mengikuti aturan baru, yaitu hanya menerima blok yang valid menurut aturan baru.
Node yang belum mengupgrade software masih bisa menerima blok yang valid menurut aturan lama, asalkan blok tersebut juga valid menurut aturan baru. Jadi, tidak ada blok yang ditolak oleh semua node, melainkan hanya oleh sebagian node saja.
Soft fork membutuhkan mayoritas node untuk mengikuti aturan baru, agar blok yang ditambang sesuai dengan aturan baru. Jika mayoritas node tidak mengikuti aturan baru, maka akan terjadi hard fork, yaitu perubahan yang menyebabkan blok atau transaksi yang sebelumnya tidak valid menjadi valid.
Hard fork akan menyebabkan adanya dua rantai blockchain yang berbeda, yang tidak bisa saling berinteraksi.
Contoh Soft Fork
Soft fork telah digunakan di beberapa blockchain populer, seperti Bitcoin dan Ethereum, untuk mengimplementasikan fungsi-fungsi baru yang bersifat backward-compatible. Berikut adalah beberapa contoh soft fork yang pernah terjadi:
BIP 66
Soft fork yang dilakukan pada tahun 2015 untuk meningkatkan validasi signature pada Bitcoin. Soft fork ini memperketat aturan untuk signature, sehingga hanya signature yang sesuai dengan standar DER (Distinguished Encoding Rules) yang diterima.
Soft fork ini bertujuan untuk menghindari serangan transaksi maleabel, yaitu serangan yang memanipulasi signature untuk mengubah identitas transaksi.
SegWit
Protokol ini yang dilakukan pada tahun 2017. Soft fork ini dilakukan guna meningkatkan skalabilitas dan efisiensi Bitcoin.
Soft fork ini memisahkan signature dari transaksi, sehingga mengurangi ukuran transaksi dan meningkatkan kapasitas blok. Soft fork ini juga memungkinkan implementasi fitur-fitur lain, seperti Lightning Network, yang merupakan solusi untuk transaksi cepat dan murah.
EIP 150
Protokol ini dilakukan pada tahun 2016. Hal ini guna meningkatkan keamanan Ethereum. Soft fork ini menaikkan biaya gas untuk beberapa operasi yang berpotensi rentan terhadap serangan DoS (Denial of Service), yaitu serangan yang membanjiri jaringan dengan permintaan yang berlebihan.
Soft fork ini merupakan respons terhadap serangan DoS yang terjadi pada Ethereum setelah hard fork DAO.
Demikian artikel tentang soft fork (blockchain). Semoga artikel ini bermanfaat dan menambah wawasan kamu tentang teknologi blockchain. Sampai jumpa di artikel selanjutnya!
Baca juga:
Apa Itu Fork Choice Rule?
Apa Itu Hard Fork dan Pengaruhnya Pada Industri Kripto
Apa Itu Algo Trading (Algorithmic Trading): Keistimewaan dan Cara Penggunaannya
Apa Itu Node dan Cara Kerjanya dalam Blockchain
DISCLAIMER: Artikel ini bersifat informasi dan bukan merupakan tawaran atau ajakan untuk menjual dan membeli aset kripto apapun. Perdagangan aset kripto merupakan aktivitas beresiko tinggi. Harga aset kripto bersifat fluktuatif, di mana harga dapat berubah secara signifikan dari waktu ke waktu dan Bittime tidak bertanggung jawab atas perubahan fluktuasi dari nilai tukar aset kripto.
Komentar
0 komentar
Harap masuk untuk memberikan komentar.